Pujon (Smart Camp II)

di depan pondok Cak Gimbal

Smart Camp 2, Dsn.Sebaloh, Ds.Pandesari, Pujon, Malang 13-15 November 2009

Kalau smart camp pertama tahun lalu saya bersama rombongan teman-teman yang tergabung dalam komunitas Insan Baca telah mengunjungi Panderman, kali ini smart camp kedua Pujon menjadi pilihan. Lanskap antara Panderman dengan Pujon hampir sama, tentu saja karena keduanya memang terletak di wilayah yang sama, Batu Malang. Hawa dingin dan pemandangan yang khas pegunungan menjadi hiburan tersendiri bagi kami selama tiga hari tersebut setelah sekian lama berkutat di panasnya Surabaya.

pemandangan Pujon

Berangkat dari Surabaya sekitar pukul setengah lima sore dan baru sampai Pujon pukul delapan malam. Begitu turun dari Bison, kami disambut oleh Cak Gimbal dari komunitas Balai Gunung Kawitan. Perkenalan, ngobrol dan saling berbagi adalah agenda kami malam itu.

perkenalan Cak Gimbal

Keesokan harinya, setelah sarapan dan bersih diri, acara komunitas dimulai dengan meminjam balai Rw. Materinya cukup beragam tentang kepemimpinan, kerja sama dan seluk beluk komunitas Insan Baca.

salah satu materi komunitas

Menjelang siang, kami kedatangan anak-anak daerah setempat yang memang telah dikoordinasi sebelumnya oleh Cak Gimbal. Golongan ini terdiri dari dua kelompok, pertama anak-anak kecil setingkat SD, kami telah menyediakan alat-alat gambar yang bisa mereka gunakan. Senangnya bisa berbagi dengan mereka, melihat anak-anak ini begitu antusias dalam mencorat-coret kertas putihnya dengan krayon. Setelah menggambar, kami memasukkan inti dari pesan yang ingin disampaikan, bahwa pada dasarnya anak-anak mempunyai hak untuk belajar bermain yang semuanya dilindungi dalam Konvensi Hak Anak Sedunia.

anak-anak dan gambar

Golongan kedua adalah anak-anak setingkat SMP dan SMA, untuk mereka kami memutarkan sebuah film tentang lingkungan hidup. Kura-kura mengambang di angkasa yang diibaratkan dengan bumi serta monyet-monyet penghuni punggungnya yang diibaratkan dengan manusia. Dengan media film tersebut, diharapkan anak-anak akan belajar untuk menghargai alam.

Acara kemudian berakhir menjelang pukul empat sore, setelah berjanji dengan anak-anak itu untuk kembali malam harinya, kami melanjutkan kegiatan hari itu dengan mengunjungi tempat pemerahan sapi. Sepertinya kami belum beruntung untuk menyaksikan sendiri proses pemerahannya. Dulu di Panderman kami kesiangan sehingga melewatkan proses tersebut, sekarangpun kami kesorean hingga lagi-lagi tak bisa melihat pemerahan susu. Namun bisa jalan-jalan dan melihat langsung sapi perah dari dekat sudah cukup menghibur kami.

Malam harinya kami menepati janji pada anak-anak untuk memutarkan sebuah film pada mereka. Garuda di Dadaku dipilih karena merupakan film yang cocok bagi anak-anak untuk membangkitkan rasa nasionalisme mereka.

Hari ketiga di Pujon, kami dan teman-teman kecil dari balai gunung kawitan melakukan perjalanan alam, trekking begitu kami menyebutnya. Setelah melewati daerah persawahan kamipun memasuki hutan pinus. Warna hijau damai terhampar di sekeliling kami, pepohonan, gemericik air sungai dan suara-suara alam benar-benar membuat kami terpesona.

tracking bersama teman-teman kecil

Kami berhenti di lokasi yang telah ditentukan, sebuah cekungan yang lumayan lebar di pinggir sungai. Di tempat ini kami bermain dan belajar bersama tentang alam, kerjasama, dan banyak hal. Suasana begitu riuh oleh tawa, inilah belajar yang sebenarnya, belajar dari alam.

bermain game azab dance :p

Setelah puas bermain-main, kami mau tak mau harus kembali ke base camp sebab hari telah semakin siang dan kami harus segera kembali ke Surabaya. Pemberian kenang-kenangan dari Insan Baca kepada teman-teman balai gunung kawitan diserahkan kepada Cak Gimbal, dua buah poster tentang perlindungan anak, souvenir kerjasama, serta buku-buku yang diharapkan bisa menambah koleksi perpustakaan mini di sana.

penyerahan cendramata dari Insan Baca

Sementara itu Cak Gimbal juga tak mau ketinggalan, beliau memberi kami sebuah pohon Beringin sebagai simbol pelestarian alam, meski sesudah itu beliau juga mempersilahkan masing-masing dari kami yang berminat mengambil bibit pohon yang dikembang biakkan di halamannya.

Dengan berat hati kami meninggalkan Pujon siang itu. Tiga hari, waktu yang terlalu singkat untuk bereksplorasi, namun semua kenangan yang kami dapat dari tempat itu telah begitu banyak sehingga membuat kami enggan meninggalkannya. Pujon, komunitas balai gunung kawitan, dan Cak Gimbal yang nyentrik terima kasih kami atas pelajarannya tiga hari ini…

Sampai jumpa di smart camp berikutnya.

About perdu

seperti cinta, tak ada habisnya... bertahan dalam terik siang... menyubur dalam guyuran hujan...
This entry was posted in Jalan-jalan and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a comment